Rabu, 29 Oktober 2014

Rakyat Amerika lebih takut jadi korban kejahatan kartu kredit daripada pembunuhan

Kartu kredit sepertinya sudah menjadi kebutuhan primer saat ini di Amerika. Bahkan, rakyat Amerika lebih takut menjadi korban kejahatan kartu kredit dibandingkan kasus kriminalitas yang lain, seperti perampokan dan pembunuhan. Hal ini seperti yang telah diungkapkan lembaga riset ternama Gallup yang dirilis Senin (27/10/2014).

Peretasan kartu kredit, pencurian data kartu kredit
Bagi rakyat Amerika, kejahatan kartu kredit lebih menakutkan daripada bentuk kejahatan lainnya

Ketakutan menjadi korban kejahatan kartu kredit lebih dipicu dengan semakin maraknya kejahatan terkait transaksi elektronik. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya pelaporan oleh perusahaan ritel. Kasus yang sering terjadi adalah data kartu kredit nasabah mereka diretas.

"Orang Amerika sekarang lebih khawatir data kartu kredit mereka diretas daripada (berhadapan dengan) kejahatan lain ketika ditanya, dan dengan persentase yang relatif tinggi, sebagian dari mereka sudah pernah menjadi korban peretasan," ungkap Gallup.

Dari survey yang dilakukan, 69% responden menunjukkan kekhawatirannya bahwa data kartu kredit mereka akan diretas dan digunakan transaksi. Bahkan 27% dari responden menyatakan kalau mereka atau orang terdekatnya pernah menjadi korban peretasan dalam satu tahun terakhir. Jadi tidak mengherankan jika peretasan kartu kredit selalu ada dalam daftar kejahatan yang pernah dialami responden.

Survey ini jelas mengejutkan banyak pihak, terutama di Amerika yang terkenal sebagai negara adikuasa dan jarang ketinggalan perkembangan teknologi terbaru. Survey ini juga menjadi sinyal bagi perbankan di Indonesia untuk lebih meningkatkan keamanan. Mereka harus menemukan resep jitu agar nasabah tidak menjadi korban kejahatan kartu kredit. Semoga informasi ini bermanfaat bagi anda.

0 komentar:

Posting Komentar